The Way of Life
- Andri Septian
- Jun 13
- 2 min read

Aku pernah diterima di salah satu universitas terbaik di negeri ini. Lewat jalur undangan (SNMPTN), aku masuk UGM (Universitas Gadjah Mada), mengambil jurusan yang sangat spesifik: Pemuliaan Tanaman. Itu bukan jurusan populer, bahkan sering diejek teman-temanku, dibilang penyembah pohon dsb nya lah, haha. Meski gitu aku merasa bangga. Aku pikir inilah awal dari semua mimpiku di dunia pertanian dan mengembangkan pengetahuanku tentang genetika yang aku minati secara khusus.
Tapi hidup tidak selalu berjalan seperti rencana. Di semester akhir, aku mengalami banyak hal yang akhirnya membuatku tidak bisa menyelesaikan studi di sana. Saat itu, rasanya seperti dunia runtuh. Aku malu, marah, kecewa pada diriku sendiri. Dunia kampus yang awalnya penuh harapan berubah jadi beban yang tak sanggup kupikul.
Untuk waktu yang lama, aku merasa gagal. Aku bertanya, “Semua ini sia-sia, ya?” Tapi ternyata, waktu dan kehidupan pelan-pelan menjawab bahwa aku tidak benar-benar gagal. Aku hanya sedang dialihkan. Aku sedang diberi rem sebelum terlalu jauh melaju di jalan yang ternyata bukan untukku.
Dari reruntuhan itu, aku mulai membangun ulang. Aku lanjutkan pendidikan di tempat baru, kini aku sedang menempuh S2 Magister Agroteknologi. Awalnya sekadar untuk menebus masa lalu. Tapi di tengah perjalanan, aku menemukan sesuatu yang lebih dalam.
Aku mulai tertarik pada pertanian lestari di lahan marginal, terutama lahan gambut. Aku mendalami biochar, Trichoderma, dan bagaimana mikroba bisa menjadi sahabat bagi tanaman. Aku sadar, ilmu yang dulu kupelajari tentang genetika dan pemuliaan tanaman, kini menjadi fondasi untuk memahami sistem yang lebih besar—tanah, lingkungan, mikroba, dan masa depan.
.
Dan tiba-tiba, semuanya terhubung.
.
Dulu aku belajar memperbaiki tanaman, merakit varietas unggul. Sekarang aku ingin memperbaiki cara kita bertani.
.
Aku sadar, nemuin passion itu mahal. Tapi kini aku melihat, bahwa semua yang dulu terasa sia-sia, ternyata adalah batu loncatan. Ilmu, luka, kegagalan, semuanya membentuk diriku hari ini. Kini aku tidak lagi ingin sekadar menjadi mahasiswa berprestasi. Aku ingin menjadi orang yang berkontribusi, meski kecil, untuk pertanian yang lebih adil dan berkelanjutan.
Comments